DOSEN
PENGASUH
Drs.
Ruslan , M.ag
|
TUGAS
TERSTRUKTUR
METODE
TAFSIR
|
METODE TAFSIR TAHLILI (ANALITIS)
OLEH
:
ADI
CAHYADI
1101110025
ADI
FIRMANSYAH
1101110024
RANDA
AGUSTINA
1101110015
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS SYARIAH
AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH
BANJARMASIN
2012
A. METODE TAFSIR ANALITIS (TAHLILI)
1.Pengertian Metode Tafsir Analitis (Tahlili)
Yang di maksud dengan metode Analitis ialah menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang di tafsirkan itu serta menerangkan
makna-makna yang tercakup di dalamnya yang sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.
2 . Ciri-Ciri Metode
Tahlili dan contohnya
·
Bentuk al-Ma’tsur
·
Bentuk al-Ra’yi
3 . Kelebihan Dan
Kekurangan Metode Analitis
Sebagaimana metode-metode yang lain , metode analitis juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan .
a.
kelebihan
1. Ruang lingkup yang luas , Metode ini memounyai ruang
lingkup yang amat luas . metode ini dapat di gunakan oleh mufasir dalam dua
bentuknya : ma’tsur dan Ra’y
. Bentuk ra’y dapat lagi di kembangkan dalam berbagai corak penafsiran
sesuai dengan keahlian masing-masing mufasir.
2. membuat berbagai ide , Tafsir dengan metode analitis
ini relative memberikan kesempatan yang luas kepada mufasir untuk mencurahkan
ide-ide dan gagasannya dalam menafsirkan Al-Qur’an . itu berarti , pola
penafsiran metode ini dapat menampung berbagai ide yang terpendam di dalam
benak mufasir.
b.
kekurangan
1.
menjadikan petunjuk Al-Qur’an Persial . metode analitis juga dapat membuat
peetunjuk Al-Qur’an bersifat parsial atau pecah-pecah , sehingga terasa
seakan-akan Al-qur’an memberikan pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten
karena penafsiran yang di berikan pada ayat-ayat lain yang sama dengannya.
2.
Melahirkan penafsiran subjektif . memberikan peluang yang luas sekali
kepada mufasir untuk mengemukakan ide-ide dan pemikirannya. sehingga
kadang-kadang mufasir tidak sadar bahwa ia telah menafsirkan Al-Qur’an secara
subjektif , Dn tidak mustahil pula ada di antara mereka yang menafsirkan
Al-Qur’an sesuai dengan kemauan hawa nafsunya tanpa mengindahkan kaida-kaida
atau norma-norma yang berlaku .
3.
masuk pemikiran israiliat. dikarenakan metode tahlili tidak membatasi mufasir dalam mengemukakan
pemikiran-pemikiran tafsirnya , maka berbagai pemikiran dapat masuk ke dalamnya
, tidak terkecuali pemikiran israiliat tidak ada persoalan , selama tidak di
kaitkan dengan pemahaman Al-Qur’an. tapi bila di hubungkan dengan pemahaman
kitab suci , timbul problema karena akan terbentuk opini bahwa apa yang di
koisahkan di dalam cerita itu merupakan maksud dari firman Allah , atau lebih
tegas lagi itu adalah petunjuk Allah , padahal belum tentu cocok dengan yang di
maksudkan Allah di dalam firmannya tersebut.
4 . Kitab Tafsir Tahlili Yang Mengambil Bentuk Al-Matsur :
1.
Jami’ al-Bayan’an Ta’wil Ayi Al-Qur’an karangan Ibn Jarir Al-Thabari (w. 310 H)
2.
Ma’alim al-Tazil Karangan al-Baghawi (w. 516 H)
3.
Tafsir Al-Qur’an al-Azhim (Terkenal dengan tafsir ibn Katsir) karangan ibn
Katsir ( w. 774 H)
4.
Al-Durr al-Manstur fi al-Tafsir bi Ma’tsur Karangan al-Suyuthi (911 H).
5 . Kitab Tafsir Tahlili Yang Mengambil Bentuk Al-Ra’y :
1. Tafsir Al-khazin karangan
Al-Khazin (w .741 H).
2. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karangan al-Baydhawi (w 691 H).
3. Al-Kasysyaf karangan al-Zamakhsyari (w .538 H)
4. Arais al-Bayan fi Haqiq al-Qur’an Karangan al-Syirazi (w. 606 H)
5. Al-tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib Karnangan al-Fakhr al-Razi (w. 606 H)
6. Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an karangan Thanthawi Jauhari ,
0 komentar:
Posting Komentar