Minggu, 08 April 2012

METODE TAFSIR ANALITIS (TAHLILI)

Diposting oleh Randaagustina di 22.51

DOSEN PENGASUH
Drs. Ruslan , M.ag
TUGAS TERSTRUKTUR
METODE TAFSIR


METODE TAFSIR TAHLILI (ANALITIS)




OLEH :
ADI CAHYADI
1101110025
ADI FIRMANSYAH
1101110024
RANDA AGUSTINA
1101110015

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS SYARIAH
AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH
BANJARMASIN
2012


A.    METODE TAFSIR ANALITIS (TAHLILI)
1.Pengertian Metode Tafsir Analitis (Tahlili)
Yang di maksud dengan metode Analitis ialah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam  ayat-ayat yang di tafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya yang sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.
2 . Ciri-Ciri Metode Tahlili dan contohnya
·         Bentuk al-Ma’tsur
·         Bentuk al-Ra’yi
3 . Kelebihan Dan Kekurangan Metode Analitis
Sebagaimana metode-metode yang lain , metode analitis juga mempunyai kelebihan dan kekurangan .
a.      kelebihan
1.      Ruang lingkup yang luas , Metode ini memounyai ruang lingkup yang amat luas . metode ini dapat di gunakan oleh mufasir dalam dua bentuknya : ma’tsur dan  Ra’y . Bentuk ra’y dapat lagi di kembangkan dalam berbagai corak penafsiran sesuai dengan keahlian masing-masing mufasir.   
2.      membuat berbagai ide , Tafsir dengan metode analitis ini relative memberikan kesempatan yang luas kepada mufasir untuk mencurahkan ide-ide dan gagasannya dalam menafsirkan Al-Qur’an . itu berarti , pola penafsiran metode ini dapat menampung berbagai ide yang terpendam di dalam benak mufasir.
b.      kekurangan
1.      menjadikan petunjuk Al-Qur’an Persial . metode analitis juga dapat membuat peetunjuk Al-Qur’an bersifat parsial atau pecah-pecah , sehingga terasa seakan-akan Al-qur’an memberikan pedoman secara tidak utuh dan tidak konsisten karena penafsiran yang di berikan pada ayat-ayat lain yang sama dengannya.
2.      Melahirkan penafsiran subjektif . memberikan peluang yang luas sekali kepada mufasir untuk mengemukakan ide-ide dan pemikirannya. sehingga kadang-kadang mufasir tidak sadar bahwa ia telah menafsirkan Al-Qur’an secara subjektif , Dn tidak mustahil pula ada di antara mereka yang menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan kemauan hawa nafsunya tanpa mengindahkan kaida-kaida atau norma-norma yang berlaku .
3.      masuk pemikiran israiliat. dikarenakan metode tahlili tidak  membatasi mufasir dalam mengemukakan pemikiran-pemikiran tafsirnya , maka berbagai pemikiran dapat masuk ke dalamnya , tidak terkecuali pemikiran israiliat tidak ada persoalan , selama tidak di kaitkan dengan pemahaman Al-Qur’an. tapi bila di hubungkan dengan pemahaman kitab suci , timbul problema karena akan terbentuk opini bahwa apa yang di koisahkan di dalam cerita itu merupakan maksud dari firman Allah , atau lebih tegas lagi itu adalah petunjuk Allah , padahal belum tentu cocok dengan yang di maksudkan Allah di dalam firmannya tersebut.
4 . Kitab Tafsir Tahlili Yang Mengambil Bentuk Al-Matsur :
1.      Jami’ al-Bayan’an Ta’wil Ayi Al-Qur’an karangan Ibn Jarir Al-Thabari (w. 310 H)
2.      Ma’alim al-Tazil Karangan al-Baghawi (w. 516 H)
3.      Tafsir Al-Qur’an al-Azhim (Terkenal dengan tafsir ibn Katsir) karangan ibn Katsir ( w. 774 H)
4.      Al-Durr al-Manstur fi al-Tafsir bi Ma’tsur Karangan al-Suyuthi (911 H).
5 . Kitab Tafsir Tahlili Yang Mengambil Bentuk Al-Ra’y :
1.      Tafsir Al-khazin karangan Al-Khazin (w .741 H).
2.      Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karangan al-Baydhawi (w 691 H).
3.      Al-Kasysyaf  karangan al-Zamakhsyari (w .538 H)
4.      Arais al-Bayan fi Haqiq al-Qur’an Karangan al-Syirazi (w. 606 H)
5.      Al-tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib Karnangan al-Fakhr al-Razi (w. 606 H)
6.      Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an  karangan Thanthawi Jauhari ,
7.      Tafsir al-Manar karanmgan Muhammad Rasyid Ridha (w. 1935 H)[1]



[1] Ibid- hal 32

0 komentar:

Posting Komentar

 

Randa Agustina Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea