DOSEN
PENGASUH
ZULFAH
MAKIYAH S.ag
|
TUGAS
TERSTRUKTUR
ILMU
KALAM
|
ALIRAN
JABARIYAH DAN QADARIYAH
OLEH
:
RANDA
AGUSTINA
1101110015
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS SYARIAH
AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH
BANJARMASIN
2011
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
”PENGERTIAN DASAR ALIRAN JABARIYAH DAN QADARIYAH” Makalah ini berisikan tentang
Pengertian JABARIYAH DAN QADARIYAH karakteristik serta perspektif. Makalah ini
memberikan informasi kepada kita semua tentang JABARIYAH DAN QADARIYAH.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Banjarmasin,5
oktober 2011
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Permulaan dari perpecahan umat Islam, boleh dikatakan
sejak wafatnya Nabi. Tetapi perpecahan itu menjadi reda, karena terpilihnya Abu
Bakar menjadi khalifah. Demikianlah berjalan masa-masa kekhalifahan Abu Bakar,
Umar, dalam kubu persatuan yang erat dan persaudaraan yang mesrah. Dalam masa
ketiga khalifah itulah dipergunakan kesempatan yang sebaik-baiknya dan
mengembangkan Islam keseluruh alam. Tetapi setelah Islam meluas kemana-mana,
tiba-tiba diakhir khalifah Utsman, terjadi suatu cedera yang ditimbulkan oleh
tindakan Utsman yang kurang disetujui oleh pendapat umum.
Inilah asalnya fitnah yang membuka kesempatan untuk
orang-orang yang lapar kedudukan, menggulingkan pemerintahan Utsman. Semenjak
itulah, berpangkalnya perpecahan umat Islam sehingga menjadi beberapa partai
atau golongan. Pada pembahasan kali ini kami akan menjelaskan tentang mazhab Qadariyah
dan Jabariyah.
A. ASAL USUL MUNCULNYA SEKTE
JABARIYAH
Jabariyah berasal dari
kata jabara yang berarti memaksa. Di dalam Al-Munjid, dijelaskan bahwa nama jabariyah
berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan
sesuatu.[1]
Dalam
arti bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia baik perbuatan buruk,
jahat dan baik semuanya telah ditentukan oleh Allah SWT dan bukan atas kehendak
atau adanya campur tangan manusia.
Faham al-jabar pertama kali diperkenalkan
oleh Ja’d bin Dirham kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shufwan dari Khurasan.[2]
Ja'ad bin Dirham, menjelaskan tentang ajaran pokok dari Jabariyah adalah
Alquran adalah makhluk dan sesuatu yang baru dan tidak dapat disifatkan kepada
Allah. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti
berbicara, melihat dan mendengar. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala hal.
Dalam
perkembangan selanjutnya faham al-jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya
Al-Husain bin Muhammad An-Najjar dan Ja’d bin Dirrar. Mengenai kemunculan faham
al-jabar ini, para ahli sejarah pemikiran mengkajinya melalui pendekatan
geokultural bangsa Arab. Di antara ahli yang dimaksud adalah Ahmad Amin. Ia
menggambarkan bahwa kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir
Sahara memberikan pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka. Ketergantungan mereka
kepada alam Sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap
alam.
Menurut
Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan
manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Allah. Maksudnya adalah
bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak
manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini manusia
tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan. Ada
yang mengistilahlkan bahwa Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan
Tuhan sebagai dalangnya.
B.PARA PEMUKA JABARIYAH DAN DOKTRIN-DOKTRINNYA
1.
Jabariyah
extrim , Bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan
perbuatan yang timbul dari kemampuan dirinya sendiri , tetapi perbuatan yang di
paksa atas dirinya.
Tokoh-tokoh
pemuka jabariyah Extrim :
a.
Jahm bin
sofwan (Abu mahrus jaham bin shafwan)
1.manusia tidak mampu berbuat apa-apa
2.surga dna neraka tidak kekal
3.Iman adlah ma’rifat atau
membenarkan dalam hati
4. Kalam tuhan adalah mahluk
b.
Ja’ad bin
dirham(maulana Malik hakim)
1.
Al-Qur’an
adalah mahluk
2.
Allah
tidak memiliki sifat yang serupa dengan mahluknya
3.
Manusia di
paksa oleh Allah dalam segala Halnya
2.
Jabariyah Moderat, Tuhan memang menciptakan perbuaatn manusia baik perbuatan jahat maupun
perbuatanbaik. Tetapi manusia juga mempunyai bagian dalam dirinya .
Tokoh-tokoh pemuka jabariyah
Moderat:
c.
An-najr
1.Tuhan menciptakan segala
perbuatan dalam diri manusia, tetapi manusia mengambil peranan atau bagian
dalam mewujudkean perbuatan-perbutan tersebut.
2.Tuhan tidak dapat di lihat di Akhirat
d.
Ad-dhirar
(Adhirar bin amr)
1. Manusia tidak hanya merupakan wayang yang di gerakkan dalang, yaitu
Allah sebagai dalangnya.
C. ASAL USUL MUNCULNYA SEKTE QADARIYAH
Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata qadara yang
artinya kemampuan dan kekuatan.[3]
Adapun menurut pengertian terminology, Qadariyah adalah suatu aliran yang
percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan.aliran ini
berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia
dapat berbuat sesuatu dan meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.[4]
Harun Nasition menegaskan bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk kepada qadar Tuhan.[5]
Menurut Ahmad Amin, ada ahli teologi yang mengatakan bahwa qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimasqy. Ma’bad adalah seorang taba’I yang dapat dipercaya dan pernah berguru kepada Hasan Al-Bashri.
Menurut Ahmad Amin, ada ahli teologi yang mengatakan bahwa qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma’bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-Dimasqy. Ma’bad adalah seorang taba’I yang dapat dipercaya dan pernah berguru kepada Hasan Al-Bashri.
Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun, seperti
dikutip Ahmad Amin, memberi informasi lain bahwa yang pertama kali memunculkan
faham Qadariyah adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk
Islam dan balik lagi ke agama Kristen. Dari orang inilah Ma’bad dan Ghailan
mengambil faham ini.[6]
Abu Zahra
menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani Umayyah.
Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan
manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan.
Adapaun tokoh yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zaharah dan al-Qasimi
adalah Jahm bin Safwan, yang bersamaan dengan munculnya
aliran Qadariayah.
D.QADARIYAH DAN DOKTRIN-DOKTRINNYA
Tokoh pemikir
pertama kali yang menyatakan paham Qadariyah adalah Ma'bad al-Jauhani. Yang
kemudian diikuti oleh Gailan al-Damasyqi. Sementara itu Ibnu Nabatah
sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad Amin berpendapat bahwa paham Qadariyah itu
pertama kali muncul dari seorang asal Irak yang mengaut Kristen lagi. Dari tokoh
inilah Ma'bad al-Jauhani dan Ghailan al-Damasyqi menerima paham Qadariyah.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahqa doktrin
Qadariyah pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan
atas kehendakya sendiri. Manusia mempunyai kewenagan untuk melakuakan segala
perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat.
Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang ia lakukan dan
juga behak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuat.
Faham takdir dalam pandangan qadariyah bukanlah dalam
pengertian takdir yang umum dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu faham
mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam
perbuatan-perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah
ditentukan sejak azali terhdap dirinya. Dalam faham Qadariyah, takdir itu
adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alan semesta beserta seluruh
isinya, sejak azali, yaitu hukum yang dalam istilah Al-quran sunnatullah.[7]
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Terkait qada’ dan qadar, mula-mula muncul
permasalahan tentang kebebasan dan keterpaksaan manusia (al-jabr wa
al-ikhtiyar). Pemikiran seputar masalah ini melahirkan dua kutub pemikiran
ekstrim yang berbeda, yaitu Jabariyah dan Qadariyah. Faham Jabariyah pertama
kali dipopulerkan oleh Ja’d bin Dirham di Basrah yang intinya menafikan adanya
perbuatan otonom seorang hamba dengan menyandarkan semuanya kepada Allah.
Dalam pendapatnya, manusia digambarkan tidak memiliki
sifat kesanggupan yang hakiki sehingga segala perbuatannya (baik ketaatan atau
kemaksiatan) pada dasarnya adalah keterpaksaan (majburah) karena tidak berasal
dari kekuasaan, kehendak maupun usahanya sendiri. Ide jabariyah ini kemudian
terpelihara dalam gerakan pemikiran muridnya yaitu Jahm bin Shafwan, yang
kepadanya dinisbatkan aliran Jahmiyah.
Kesimpulan
1. Paham Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu
aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebsan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Tokoh pemikirnya adalah Ma'bad al-Jauhani.
2.
Dalam
ajarannya, aliran Qadariyah sangat menekankan posisi manusia yang amat
menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyi kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk tidak melaksankan kehendaknya
itu.
- Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Tokoh pemikirnya adalah al-Ja'ad ibn Dirham
4. aliran Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam
paham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan
terpaksa.
Daftar
pustaka
Yusuf
, M. Yunan , Alam Pemikiran Islam , Perkasa Jakarta , 1990
Nasution, Harun
Muhammaad Abduh dan teologi Rasional, UI Perss, 1986
Ma’luf, Luwis, Al-, Al-Munjid , Al-Khathulikiyah, Beirut , 1945
Anwar rosihon, dan Abdurozak , ilmu kalam. Pustaka Setia . Bandung . Cet III . 2007.
Madkour, Ibrahim , Aliran dan Filsafat islam , Bumi Aksara,
Jakarta . 1995
DAFTAR ISI
Kata
pengantar…………………………………………………………………….i
Bab I
Pendahuluan......………………………………………………………….ii
Bab II Pembahasan
……………………………………………………………….1
A. Asal Usul Munculnya sekte Jabariyah…………………………….1
B. Para pemuka Jabariyah dan Toko-tokohnya…………...………2
C. Asal Usul munculnya sekte Qodariyah……………………………2
D. Qdariyah dan Doktrin-Doktrinnya……..…………………………..3
Bab III penutup……………………………………………………………………...4
A. kesimpulan…………………………………………………………………..4
B. Daftar pustaka…………………………………………………………….5
[1]
Luwis ma’luf . al-munjid fi al-laughh wa al-alm . Beirul .Dar Al-masyriq , 1998
. hal. 78
[2]
Abdul rozak , Rosihun anwar . ilmu kalam. Pustaka Setia . Bandung . cet III .
2007. Hal.64
[3]
Luwis ma’luf al-yusui. Al-munjid. Al- khatalikiyah,Beirut.1945.hal 436
[4]
Al-yusu’I op.cet.hal 31
[5] Ibrahim
madkour . aliran dan toeri filsafat Islam . Bumi aksara . jakarta .1995. hal 59
[6]
Abdul Rozak , Rosihon anwar. . ilmu kalam. Pustaka Setia . Bandung . cet III .
2007. Hal 71
[7]
Yunan Yusuf. Alam pikiran Islam. Jakarta . 1990 . hal 25
0 komentar:
Posting Komentar